Powered By Blogger

Sabtu, 09 Januari 2010

Tragis : Bocah Sembilan Tahun Dimutilasi !!

Kasus yang menewaskan anak-anak saat ini sedang marak terjadi. Belum sempat mereda kasus mengenai bocah yang jatuh dari atas rumah susun, kini publik kembali digegerkan dengan kasus mutilasi terhadap bocah laki-laki bernama Ardiansyah (9). Sungguh malang nasibnya, ia dibunuh, disodomi, lalu kemudian mayatnya dipotong-potong.
Pelaku mutilasi ini kemudian diketahui bernama Baekuni alias Babe (48). Motif pembunuhan didasarkan alasan sakit hati karena Ardiansyah menolak untuk disodomi. Lalu setelah puas menyodomi mayat bocah malang ini, Babe memotong-motong tubuhnya dan membuangnya di dua tempat. Kepala dibuang di jembatan dekat terminal Pulogadung, sedangkan potongan tubuhnya yang lain dibuang di Banjir Kanal Timur (BKT) Cakung.
Perbuatan Babe ini jelas merupakan tindakan yang keji. Menyodomi anak kecil untuk memuaskan hasratnya sangatlah tidak manusiawi. Ini bisa jadi merupakan kelainan seks. Ditambah lagi mutilasi. Maka untuk itu, sudah sepantasnyalah jika ia dihukum berat atas kejahatannya ini.

Tren BB, Tren 'Gaul' Semua Kalangan

Perkembangan jaman dan modernisasi telah banyak merubah gaya hidup masyarakat kita. Semua hal yang pada jaman ini dapat memberi banyak kemudahan dan tentu saja : praktis , pasti banyak dilirik orang. Salah satunya handphone. Alat komunikasi yang satu ini sekarang telah menjadi kebutuhan primer semua orang, sehingga tidak heran jika setiap orang saat ini pasti memiliki gadget yang satu ini.
Bila kita berbicara tentang handphone -sekarang lebih banyak disebut smartphone yang menyediakan banyak fitur, sudah pasti tahu tentang tren BB (Blackberry). Sekarang, Blackberry menjadi incaran tiap orang. Jelas, di dalamnya terdapat berbagai fitur yang sangat membantu bagi pemiliknya, khususnya yang doyan online atau berselancar di dunia maya. Apalagi, internet telah menjadi media yang paling banyak diandalkan orang pada saat ini.
Tren BB bisa dikatakan telah merebak dengan cukup luas dalam masyarakat kita. Apakah hal ini memang pantas menjadi tren baru atau hanya merupakan tren yang 'menjerumuskan' dan berlebihan? Karena disadari atau tidak, BB telah mengautiskan diri kita sendiri karena jika seseorang sudah online, biasanya akan lupa waktu.
Dalam sebuah situs sosial, salah satu forum di sana mendiskusikan tentang suatu hal yang unik tentang BB. Di Jakarta, sampai ada pengkategorian atas istilah 'gaul' di kalangan anak muda, yaitu 3B : Behel, Belah tengah, dan BB. Nah, jika telah memenuhi 3 kategori tersebut, Anda baru bisa dikatakan gaul.
Wah, cukup menarik juga efek yang ditimbulkan dari ini semua, termasuk BB yang juga telah menjadi tren semua kalangan. Tapi, semua kembali pada individu masing-masing, apakah dirasa penting baginya untuk menggunakan BB atau tidak -soal prioritas kebutuhan? Itu semua tergantung dari perspektif masing-masing. Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda menjadi salah satu orang yang mengikuti tren BB ini? :)

Ingin Jadi Superman, Malah Jatuh Dari Atas Rumah Susun

Sifat anak kecil yang lincah dan suka bermain kadang-kadang membuat para orang tua harus selalu waspada untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh anak mereka. Sebab, hal apapun bisa saja terjadi. Kelalaian dalam mengawasi anak, bisa mengakibatkan musibah, dan bahkan kematian. Hal ini salah satunya terjadi pada seorang bocah laki-laki berumur empat tahun yang bernama Daniel Yohanes. Bocah malang ini terjatuh dari lantai empat rumah susun Petamburan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Daniel saat itu sedang bermain dengan teman-teman sebayanya. Mereka bermain di atas sofa yang berada tepat di samping sebuah pagar pembatas yang tingginya hanya sekitar 1,5 meter saja. Awalnya, Daniel dan teman-temannya bermain biasa, namun beberapa saat kemudian Daniel memeragakan gerakan layaknya superman dan naasnya lagi, salah seorang teman Daniel tidak sengaja mendorong Daniel hingga ia terjatuh dari lantai empat hingga lantai 1.
Akibatnya, nyawa Daniel tidak tertolong lagi. Adilah Rashman, orangtua Daniel merasa sangat terpukul sekali atas kematian anaknya ini. Adilah yang pada saat kejadian berlangsung saat itu sedang berada di lantai 1 untuk ‘internetan’.
Nah, melihat dari peristiwa ini, siapa yang seharusnya disalahkan? Anak kecil yang mendorong Daniel ataukah murni hanya karena faktor musibah di mana orang tuanya dalam hal ini lalai menjaga anaknya?
Anak kecil, teman Daniel yang mendorong tubuh Daniel tidak bisa begitu saja dijatuhi hukuman pidana, karena faktor di bawah umur. Sedangkan orang tua Daniel, apakah bijak jika ia selalai itu dalam mengawasi anaknya hingga tidak tahu anaknya sedang bermain dekat-dekat dengan pagar pembatas rusun?
Sebenarnya, masih banyak lagi kasus serupa yang menimpa banyak anak kecil. Entah itu jatuh di mall akibat tertarik pegangan eskalator, jatuh dari apartemen, dan sebagainya. Bila sudah banyak bukti seperti ini, maka seharusnya para orang tua lebih waspada lagi dalam menjaga anak mereka agar hal-hal seperti ini tidak akan terjadi pada mereka.

Rabu, 06 Januari 2010

Dari Supporter Bisa Jadi Pemain Bola ??



Bagi para pecinta sepak bola, khususnya yang gemar menonton pertandingan sepak bola, mungkin pertandingan antara Indonesia vs Oman semalam bisa jadi hal yang sangat menarik dan memberikan ‘tontonan’ plus bagi para supporter yang menonton pertandingan tersebut, baik secara langsung atau melihat dari tayangan live di televisi. Alih-alih menikmati jalannya pertandingan, mereka justru disuguhkan dengan ‘atraksi’ salah seorang supporter yang nekat melompat pagar pembatas, memasuki lapangan dan mengambil operan bola dari salah seorang pemain asal Oman, lalu menggiringnya sejauh beberapa meter.
Kontan saja, seluruh pemain dari kedua tim dan juga para penonton dibuat kaget dengan kenekatan pemuda ini. Ia bernama Hery Mulyadi. Setelah ditengarai, ternyata ia melakukan ini semua karena merasa kurang puas akan alur pertandingan yang sedang berlangsung. Selanjutnya, para petugas keamanan di tempat segera menarik Hery ke luar lapangan dan menginterogasinya. Hery mengaku bahwa ia melakukan aksi ini dalam kondisi yang disadarinya, bukan karena stress atau mengalami gangguan jiwa.
Beberapa saat kemudian, Hery langsung mengeluarkan pernyataan maafnya yang ditujukan kepada seluruh bangsa Indonesia, kepada Presiden SBY, dan juga pihak-pihak terkait akan ulahnya tersebut. Pernyataannya tersebut disiarkan di berbagai stasiun televisi, termasuk salah satunya dalam breaking news Metro Tv kemarin malam.
Perbuatan Hery tersebut jelas-jelas merupakan suatu bentuk ‘pencorengan’ nama baik PSSI. Bagaimanapun juga, tindakan tersebut termasuk perbuatan yang tidak beretika dan jauh dari apa yang kita sebut ‘sportif’. Dengan adanya hal seperti ini, tentu saja timnas dibuat malu. Kita ini bisa dibilang sedang mencoba untuk berpartisipasi dalam kompetisi bertaraf internasional, kita mencoba untuk bisa melebarkan sayap agar timnas Indonesia tidak dipandang sebelah mata dan punya kedudukan dalam ranah internasional. Namun, dengan adanya kejadian ini, sedikit banyak pasti akan mempengaruhi nama baik bangsa kita, khususnya dalam bidang olahraga –termasuk sportifitas yang kemudian akan dipertanyakan bangsa lain..

Selasa, 29 Desember 2009

Ketika Profesionalitas Pekerja Infotainment Dipertanyakan !!

Kasus Luna Maya vs wartawan infotainment tampaknya berujung pada sebuah isu lain di mana terdapat cukup banyak pihak yang mempertanyakan keberadaan dan eksistensi dari infotainment itu sendiri . Apakah benar bahwa para pekerja infotainment dapat dimasukkan dalam kategori jurnalis yang profesional? Apakah mereka dapat dikatakan ‘bekerja dalam ranah jurnalisme yang menjunjung tinggi etika profesi’ ?
Setelah sekian lama kasus ini merebak, akhirnya pihak PWI pusat hari ini mengumumkan bahwa para pekerja infotainment juga merupakan bagian dari jurnalis yang melakukan kegiatan jurnalistik layaknya pewarta berita yang lain. Tapi, yang perlu digarisbawahi di sini adalah, mereka para wartawan infotainment boleh meliput dan menyiarkan berita tentang seseorang, atau dalam hal ini adalah public figure , asalkan terdapat kepentingan publik di dalamnya, bukan hanya berdasar pada isu yang timpang dan belum jelas kebenaran faktanya.
Merujuk pada pernyataan dari pihak PWI di atas, satu hal yang kiranya perlu dilakukan secara nyata oleh para insan media, tidak terbatas pada wartawan infotainment saja, untuk berpegang pada komitmen untuk bekerja dalam jalur profesionalisme mereka sebagai seorang jurnalis.

Senin, 28 Desember 2009

UU ITE, Kekhawatiran Baru Bagi Awak Media Online

Selama beberapa waktu belakangan ini, media telah digegerkan dengan berbagai kasus yang menyangkut sengketa perseorangan dengan pihak media itu sendiri, khususnya media online yaitu internet. Prita vs RS Omni International, kemudian disusul dengan kasus artis cantik Luna Maya vs wartawan infotainment.
Berkembangnya media online dengan berbagai macam situs dan fitur di dalamnya memberikan ruang yang luas bagi siapa saja untuk mengekspresikan dirinya, apa yang ia pikirkan, dan apa yang ia rasakan. Namun, ketika kebebasan itu bertabrakan dengan kredibilitas suatu lembaga, hal ini tampaknya berujung pada masalah yang cukup serius.
Seperti telah kita ketahui bersama, baik pada kasus Prita maupun Luna Maya, mereka sama-sama dijerat dengan UU ITE yang di dalamnya memuat sanksi bagi siapa saja yang melakukan tindak pencemaran nama baik melalui media online, yaitu berupa denda 1 miliar rupiah atau 6 tahun penjara.
Dari kedua kasus ini, sebenarnya terdapat kontroversi sendiri di badan pekerja media. Terdapat beberapa pihak dari media yang pro akan adanya UU ITE, sedangkan yang lain kontra dengan UU tersebut. UU ITE kemudian kini mulai menimbulkan kecemasan tersendiri bagi para insan media online. Mereka khawatir kegiatan jurnalisme mereka terhambat dengan adanya UU ITE ini, karena sebagian besar perusahaan media sekarang ini bergerak di dunia online.
Oleh karena itu sepertinya diperlukan tindakan yang konkrit dari berbagai insan media untuk segera menuntaskan hal ini. Salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan profesionalisme dalam diri tiap awak media agar tidak ada lagi media yang dilemahkan, contohnya dalam kasus UU ITE ini. Profesionalisme diperlukan agar para insan media dapat memberikan info berimbang, melakukan kegiatan jurnalisme pada jalurnya, bukan mengatasnamakan kepentingan tertentu sehingga diharapkan tidak ada lagi kasus yang menjatuhkan media online lagi.